gerakanmandiri.com

Stop Bakar Rupiah! Transisi Mobil Listrik, Pintu Gerbang Kemandirian Bangsa dari Mafia Migas

Saat ini, Indonesia dihadapkan pada sebuah pilihan fundamental: melanjutkan ketergantungan historis yang menguras kekayaan negara, atau mengambil langkah berani menuju Gerakan Mandiri Bangsa sejati melalui reformasi energi. Pilihan ini adalah pertaruhan kedaulatan kita, di mana solusinya terletak tidak hanya di tambang nikel, melainkan juga di garasi-garasi rumah kita.

stop Bakar Rupiah

 

Gelombang perang harga mobil listrik (EV) di pasar domestik, seperti yang dialami Wuling dan kompetitornya, seharusnya tidak dipandang sebagai kabar buruk. Sebaliknya, ini adalah penanda bahwa sektor transportasi siap menjadi medan juang baru bagi kedaulatan ekonomi Indonesia.


Gerakan Mandiri Bangsa dan Jebakan Devisa yang Terbakar

Selama puluhan tahun, bangsa ini secara pasif menerima kerugian struktural akibat konsumsi masif bahan bakar fosil (BBM). Ketergantungan ini menciptakan lingkaran setan yang secara harfiah “membakar Rupiah”, sekaligus menghambat terwujudnya Gerakan Mandiri Bangsa:

  1. Menguras Devisa: Setiap liter bensin yang kita konsumsi adalah kebutuhan impor yang harus dibayar menggunakan Dolar Amerika Serikat. Kita terpaksa menggadaikan Rupiah untuk mendapatkan Dolar, yang kemudian digunakan untuk memperkaya eksportir minyak, baik itu di Timur Tengah maupun melalui mafia migas di Singapura.

  2. Kerugian Finansial dan Kesehatan: Uang rakyat sebesar ratusan triliun—yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan—terbuang untuk subsidi BBM yang kotor. Selain menguras kas negara, polusi yang dihasilkan justru menimbulkan penyakit, membebani BPJS Kesehatan, dan mengurangi kualitas hidup.

  3. Memperkaya Asing: Uang rakyat Indonesia mengalir deras ke luar negeri, bukannya berputar di dalam negeri.

Pemerintah sudah menunjukkan komitmen di tingkat global. Namun, komitmen ini harus diterjemahkan menjadi kode keras di tingkat domestik: reformasi subsidi bahan bakar fosil harus segera dilakukan sebagai prasyarat Gerakan Mandiri Bangsa.


Mobil Listrik: Pilihan Patriotik dan Pilar Kemandirian Bangsa

Lantas, ke mana dana subsidi itu harus dialihkan? Jawabannya ada pada revolusi kendaraan listrik.

Transisi ke mobil listrik bukanlah sekadar tren gaya hidup, melainkan sebuah aksi patriotik yang secara fundamental mendukung Kemandirian Bangsa.

Ketika masyarakat mengisi daya mobil listrik, mereka tidak membeli Dolar untuk diimpor. Mereka membeli listrik, yang mayoritas dihasilkan dari sumber daya domestik (batu bara, air, panas bumi) melalui PLN. Ini berarti:

  • Penghematan Devisa Ratusan Triliun: Jika 1 juta mobil listrik beroperasi, negara berpotensi menghemat subsidi hingga Rp234 triliun dalam 10 tahun.

  • Sirkulasi Uang Lokal: Uang yang dibayarkan ke PLN akan berputar kembali ke ekosistem lokal. Dana tersebut menyejahterakan para pekerja tambang, sopir truk logistik, pengusaha katering, dan operator kapal tongkang. Kita memperkaya rakyat sendiri.

Dana subsidi BBM yang dihemat tersebut dapat segera digeser untuk mendukung pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Inilah arti sesungguhnya dari kemandirian: memprioritaskan kesejahteraan rakyat di atas kepentingan mafia.


Membangun Gerakan Mandiri Industri: Pelajaran dari BUMD Global

Dalam konteks Gerakan Mandiri, kita juga perlu belajar dari persaingan global. Ambil contoh Wuling. Lebih penting lagi, Wuling adalah BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) dari Tiongkok yang didorong untuk membangun industri, menciptakan lapangan kerja, dan berorientasi ekspor global.

Pelajaran ini merupakan tamparan keras bagi Indonesia. Sudah saatnya BUMN dan BUMD kita meniru mentalitas ini. Alih-alih sibuk dengan isu korupsi dan terperangkap dalam bisnis runner di dalam negeri, badan usaha milik negara harus didorong untuk menjadi raksasa global yang menciptakan lapangan kerja dan membawa pulang devisa, mewujudkan visi kemandirian yang utuh.


Dukung Insentif untuk Kemandirian Bangsa

Gerakan Mandiri Bangsa tidak akan terwujud tanpa kebijakan yang berani dan pro-rakyat. Salah satu langkah terukur yang harus didukung adalah perpanjangan insentif dan kebijakan afirmatif bagi pengguna mobil listrik.

Misalnya, kebijakan yang menggratiskan mobil listrik dari biaya jalan tol. Biaya subsidi untuk insentif tersebut tidak sampai Rp1 triliun, namun berpotensi menghemat hingga Rp114 triliun dari pengurangan subsidi BBM. Ini adalah investasi cerdas yang memenangkan negara.

Sudah saatnya kita mengakhiri praktik “membakar Rupiah” demi kepentingan mafia. Dukung transisi energi ini dan percepat reformasi subsidi. Inilah langkah konkret kita menuju Indonesia yang merdeka secara ekonomi, bebas dari jerat mafia minyak bumi.

sumber tulisan: https://www.youtube.com/watch?v=mcrLHFFhyMg

http://gerakanmandiri.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*