Gema Bangsa Itu Gerakan, Bukan Hanya Partai
Oleh: Ahmad Rofiq, Ketua Umum Partai Gema Bangsa
Gema Bangsa memang partai politik. Tapi sejak awal, kami tidak pernah ingin jadi partai dalam pengertian lama—yang hanya aktif menjelang pemilu, mengumpulkan suara, lalu hilang saat rakyat butuh. Kami hadir sebagai gerakan. Sebuah gerakan politik baru yang hidup, bekerja, dan terus berproses bersama masyarakat, bahkan di luar musim kampanye.
Mengapa kami menyebut diri sebagai gerakan? Karena Gema Bangsa tidak lahir dari papan nama, tapi dari keresahan. Dari suara rakyat yang tak didengar. Dari kebutuhan membangun ulang kepercayaan publik terhadap politik. Dan kami tahu, itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan ikut pemilu atau memasang baliho.
Gerakan artinya konsisten. Artinya hadir terus-menerus. Artinya membangun ruang dialog, edukasi politik, kaderisasi, serta sistem yang menjangkau daerah-daerah dengan cara partisipatif, bukan instruktif. Itulah sebabnya struktur Gema Bangsa dibangun dari bawah. Bukan untuk menunggu petunjuk dari pusat, tapi untuk bergerak bersama dengan warga di sekitar.
Kami percaya bahwa politik tidak hanya soal menang-kalah. Ia adalah kerja jangka panjang untuk membentuk kesadaran, menguatkan partisipasi rakyat, dan menciptakan sistem yang sehat. Karena itu, bagi kami, partai hanyalah kendaraan. Tapi gerakannya—yakni semangat untuk membangun Indonesia dari rakyat, oleh rakyat, dan bersama rakyat—itulah yang utama.
Maka jika ada yang bertanya, “apa yang dilakukan Gema Bangsa di luar pemilu?” Jawaban kami jelas: kami membangun gerakan. Kami hadir di tengah warga, mendengar aspirasi mereka, melatih kader di tingkat desa, dan memperkuat gagasan alternatif untuk masa depan bangsa.
Karena bagi kami, politik bukan soal hadir lima tahun sekali. Politik adalah napas panjang perubahan. Dan Gema Bangsa adalah gerakannya.