Kampung Akuarium: Dari Puing ke Perlawanan, Kemandirian Warga Kota yang Terusir
Pengantar Redaksi
GerakanMandiri.com percaya: perubahan sejati lahir dari bawah, bukan dari instruksi kekuasaan. Kemandirian warga, keberanian melawan ketidakadilan, dan solidaritas untuk mempertahankan ruang hidup adalah ruh dari gerakan ini. Kisah Kampung Akuarium di Jakarta Utara adalah salah satu contohnya—sebuah cerita tentang rakyat kecil yang menolak tunduk, memilih bangkit, dan membuktikan bahwa demokrasi sejati tumbuh ketika warga berinisiatif menjaga martabatnya sendiri.
Dari Rumah ke Puing: Luka Penggusuran
Tahun 2016, 375 keluarga di Kampung Akuarium, Penjaringan, Jakarta Utara, kehilangan rumah mereka. Ekskavator meratakan perkampungan nelayan itu atas nama “revitalisasi kawasan.” Teriakan anak-anak bercampur dengan tangis ibu-ibu, sementara bapak-bapak berusaha menyelamatkan perabot seadanya.
Salah satunya, Bu Yati, masih ingat hari itu. “Saya lihat rumah saya roboh di depan mata. Saya cuma bisa peluk anak saya, sambil tanya: besok kita tidur di mana?” katanya dalam sebuah wawancara.
Puing-puing rumah bukan hanya kehilangan atap, tapi juga simbol hilangnya hak atas ruang hidup.
Dari Puing ke Perlawanan: Warga Membangun Kembali
Namun, kisah Kampung Akuarium tidak berhenti di situ. Warga menolak menyerah. Mereka membentuk Forum Warga Akuarium, mengorganisir protes, menggelar diskusi, bahkan membangun tenda darurat sebagai simbol perlawanan.
Solidaritas mengalir: mahasiswa, akademisi, aktivis urban, hingga jurnalis ikut menyuarakan keadilan bagi warga Akuarium.
Perjuangan panjang ini berbuah hasil. Pada 2018, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya mengakui hak warga. Proses pembangunan kembali dimulai, dan kini 241 unit hunian baru berbentuk rumah susun sudah berdiri di atas tanah yang dulu mereka tempati.
Pelajaran Kemandirian dan Demokrasi Partisipatif
Kampung Akuarium memberi tiga pelajaran penting bagi Indonesia:
Kemandirian warga kota adalah benteng terakhir ketika negara gagal melindungi.
Solidaritas lintas kelompok bisa mengubah arah kebijakan publik.
Demokrasi substansial lahir ketika rakyat berani menolak, menyuarakan hak, dan menentukan nasibnya sendiri.
Inilah wujud nyata gerakan dari bawah: bukan menunggu janji, tapi menciptakan perubahan lewat inisiatif rakyat.
Dari Akuarium untuk Indonesia
Kampung Akuarium bukan kasus tunggal. Di Tamansari Bandung, warga melawan penggusuran untuk mempertahankan rumah mereka. Di Kulon Progo, petani menolak bandara demi menjaga tanah pertanian. Semua ini menunjukkan: rakyat berdaya adalah rakyat yang berani berkata tidak.
Pertanyaannya sekarang:
👉 Apakah kita akan terus membiarkan rakyat kecil digusur demi proyek besar?
👉 Atau kita belajar dari Kampung Akuarium, bahwa perubahan lahir dari perlawanan yang dimulai dari bawah?
Karena sejatinya, Indonesia tidak bisa dibangun di atas puing-puing warganya. Indonesia hanya bisa kuat bila rakyatnya berdaulat atas ruang hidupnya sendiri.
Sumber Tulisan
Kompas.id – Kampung Akuarium, Simbol Perlawanan Warga Kota (2019)
Tempo.co – Kampung Akuarium Bangkit Kembali (2021)
CNN Indonesia – Warga Kampung Akuarium Resmi Tinggal di Hunian Baru (2021)
Urban Poor Consortium (UPC) – Dokumentasi Perlawanan Kampung Akuarium