Dari Jalan Tol ke Jalan Rakyat: Kisah Henky Eko dan Ekonomi yang Berpihak

Gerakan yang Lahir dari Keberanian
Gerakan Mandiri Bangsa percaya bahwa perubahan sejati lahir dari bawah. Dari orang-orang yang berani mengambil langkah sendiri tanpa menunggu komando. Dan di antara sekian banyak kisah inspiratif, ada satu nama yang menggambarkan semangat itu dengan nyata: Henky Eko Sriyantono, atau yang akrab disapa Cak Eko.
Ia bukan sekadar pengusaha kuliner. Ia adalah simbol keberanian, kegigihan, dan kejujuran dalam membangun ekonomi rakyat. Kisahnya bukan tentang kemewahan, melainkan tentang keyakinan: bahwa kegagalan bukan akhir, tapi bagian dari jalan menuju kemandirian.
Sepuluh Kali Gagal, Tapi Tak Sekali Pun Menyerah
Cak Eko pernah gagal sepuluh kali menjalankan bisnis. Ia pernah menjual handphone bekas, menanam jahe gajah, berbisnis tas kulit, menjual baju muslim, hingga membuka usaha kerajinan tangan. Semuanya jatuh, satu demi satu. Tapi ia tak berhenti.
Ia menikah dalam kesederhanaan — uang sumbangan pernikahan dipakai membeli kasur dan perlengkapan seadanya. Namun justru dari keterbatasan itulah semangatnya tumbuh. Ia terus mencari celah, mencoba hal baru, dan tak malu belajar dari kegagalan. Baginya, kegagalan bukan alasan untuk berhenti, tapi bahan bakar untuk melangkah lebih jauh.
“Kalau hidup menekanmu ke tanah,” ujarnya, “berarti kamu punya pijakan untuk melompat lebih tinggi.”
Dari Beton ke Bakso: Menemukan Jalan Pulang ke Rakyat
Lulusan Teknik Sipil ITS ini pernah ikut membangun jalan tol Cipularang bersama PT Hutama Karya dan PT Jasa Marga. Ia menikmati karier yang mapan, tapi hatinya merasa ada yang kosong. Pembangunan fisik memang penting, tapi menurutnya, pembangunan sejati harus menyentuh dapur rakyat.
Dari kegelisahan itu, Eko memutuskan pindah arah. Ia turun ke dapur, mencoba resep bakso Malang dengan tangannya sendiri. Selama tiga bulan ia bereksperimen hingga menemukan racikan yang pas. Dari sana lahir usaha kecil bernama Bakso Malang Kota “Cak Eko”.
Tak disangka, bisnis itu berkembang luar biasa. Dalam tiga tahun, ia sudah memiliki 106 gerai di 28 kota di Indonesia — tiga milik sendiri dan 103 milik mitra franchise.
Bakso Malang Cak Eko bukan sekadar bisnis kuliner.
Ia menjadi gerakan: membuka lapangan kerja, menularkan keberanian, dan menyalakan obor kemandirian ekonomi rakyat.
Belajar dari Jalan yang Tak Lurus
Satu hal yang membuat Cak Eko berbeda: ia tidak pernah menyesal gagal. Dari setiap usaha yang tumbang, ia mengambil pelajaran.
Dari bisnis handphone, ia belajar pentingnya inovasi.
Dari bisnis tas dan butik, ia belajar tentang arus kas dan integritas.
Dari ladang jahe yang gagal panen, ia belajar tentang risiko dan sabar.
Dari bisnis busana dan kerajinan tangan, ia belajar bahwa modal terbesar bukan uang, tapi ketekunan.
Setiap kegagalan memperkuat fondasi mentalnya. Ia tidak mengandalkan keberuntungan, tapi keteguhan untuk terus mencoba hingga menemukan arah yang benar.
Menyalakan Kemandirian, Menggerakkan Ekonomi Rakyat
Kini, sebagai Ketua Bidang UMKM, Koperasi, dan Ekonomi Kreatif di Partai Gema Bangsa, Cak Eko terus menyalakan semangat kemandirian di seluruh Indonesia. Ia turun langsung ke lapangan — melatih ibu rumah tangga, pensiunan, mahasiswa, hingga buruh yang ingin memulai usaha sendiri.
Ia juga mendirikan platform KIOCHA (Charity Marketplace), yang menggabungkan bisnis digital dengan kepedulian sosial.
Selain itu, ia menulis buku, menjadi dosen tamu di berbagai kampus, dan berbagi pengalaman di forum-forum UMKM.
Semua ia lakukan dengan satu misi: agar ekonomi rakyat menjadi tuan di rumahnya sendiri.
Kemandirian adalah Revolusi yang Dimulai dari Diri Sendiri
Cak Eko percaya bahwa kemandirian bukan slogan, tapi tindakan nyata. Bangsa yang kuat bukan dibangun oleh proyek besar, tapi oleh rakyat yang berdaya.
“Kalau ingin kaya, jadilah pengusaha.
Tapi kalau ingin mengkayakan orang banyak, ajarkan mereka menjadi pengusaha.”
— Henky Eko Sriyantono
Kalimat itu bukan sekadar motivasi, tapi arah hidupnya. Ia ingin menyalakan lilin-lilin kecil di setiap sudut negeri, agar cahaya kemandirian rakyat makin terang.
Penghargaan dan Rekam Jejak
Pendiri Bakso Malang Kota Cak Eko (2005)
Pendiri Waralaba Bakmi Jawa Jogja Mbah Tarmo (2009)
Wirausaha Muda Mandiri (2008)
Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award (2008)
The Best in Business Prospect Indonesia Franchise (2008)
Indonesian Innovative Creative Award (2007)
Small Medium Business Entrepreneur Award dari Kemenkop UKM (2007)
Dari Dapur, Kita Bisa Mengubah Arah Bangsa
Kisah Cak Eko mengajarkan bahwa jalan menuju perubahan tidak harus lebar dan megah. Kadang, jalan itu berawal dari dapur rumah, dari semangkuk bakso, dari keberanian memulai meski gagal berkali-kali.
Ia bukan sekadar pengusaha sukses. Ia adalah cermin dari Gerakan Mandiri Bangsa: bergerak dari bawah, menolak menyerah, dan percaya bahwa bangsa ini akan kuat jika rakyatnya berdaya.
Dari jalan tol ke jalan rakyat, dari beton ke bakso, dari profesi ke pengabdian —
Henky Eko Sriyantono telah membuktikan bahwa kemandirian adalah revolusi yang paling manusiawi.
