gerakanmandiri.com

Dari Sungai Kecil Sumba, Lahir Cahaya Besar

Kamanggih dan Pelajaran Kemandirian dari Akar Rumput

Warga Desa Kamanggih Sumba Timur bergotong royong mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebagai simbol desa mandiri energiDi pelosok Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, ada sebuah desa bernama Kamanggih. Dulu, malam di sana begitu pekat. Listrik PLN jarang masuk, warga hanya mengandalkan lampu minyak padamo. Gelap bukan sekadar soal ketiadaan cahaya, tetapi juga tentang tertutupnya peluang: anak-anak sulit belajar, ibu-ibu tak bisa menenun, ekonomi desa tak bergerak.

Namun warga Kamanggih menolak pasrah. Mereka berkumpul, bermusyawarah, lalu sepakat: sungai kecil di belakang desa harus menjadi cahaya. Dengan dukungan IBEKA dan Hivos, mereka membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro). Sejak 2011, lebih dari 300 rumah kini terang benderang, warung buka hingga malam, anak-anak bisa belajar, dan pemuda berani membuka usaha kecil.


Desa Mandiri Energi, Simbol Perubahan dari Bawah

Kamanggih membuktikan bahwa kemandirian energi lahir dari rakyat sendiri. Listrik bukan lagi hadiah dari pusat, melainkan hasil gotong royong warga. Inilah wujud nyata perubahan dari bawah: rakyat berinisiatif, rakyat berdaya, rakyat menentukan arah.

Gerakan seperti ini sejalan dengan keyakinan kita: Indonesia terlalu besar untuk diseragamkan. Energi di Sumba mungkin lahir dari mikrohidro, di desa lain bisa dari surya atau biogas. Setiap daerah punya caranya sendiri untuk tumbuh—dan itu justru kekuatan bangsa.


Dari Instruksi ke Inisiatif, dari Ketergantungan ke Kemandirian

Kisah PLTMH Kamanggih memberi pelajaran penting:

  • Pembangunan tidak harus menunggu instruksi dari atas.

  • Inisiatif lokal lebih cepat dan lebih sesuai kebutuhan nyata.

  • Solidaritas warga lebih kokoh dibanding sekadar subsidi.

Inilah roh yang ingin kita hidupkan bersama: membangun dari bawah, oleh rakyat, untuk rakyat.


Demokrasi Substansial, Bukan Sekadar Simbolik

Kemandirian desa adalah bagian dari demokrasi yang substansial. Politik tidak boleh hanya hadir saat kampanye, lalu hilang ketika janji usai. Demokrasi sejati tumbuh ketika rakyat diberi ruang berinisiatif, berkolaborasi, dan menentukan nasibnya sendiri.

Kamanggih menunjukkan: demokrasi bisa lahir dari sungai kecil, dari desa terpencil, dari keberanian rakyat yang menolak menunggu.


Ajakan untuk Indonesia

Pertanyaannya kini:
👉 Apakah kita masih rela menunggu terang dari pusat?
👉 Ataukah berani menyalakan cahaya sendiri, seperti warga Kamanggih?

Karena sejatinya, Indonesia tidak bisa dibangun sendirian. Tapi ia bisa dibangun bersama—jika kita berani memulainya dari bawah.

Warga Desa Kamanggih Sumba Timur bergotong royong mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebagai simbol desa mandiri energi
http://gerakanmandiri.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*