gerakanmandiri.com

Kemandirian Ekonomi Bukan Sekadar Retorika: Belajar dari Krisis yang Berulang

Pengantar Redaksi

GerakanMandiri.com percaya: kemandirian ekonomi bukanlah slogan kosong, melainkan kebutuhan mendesak. Indonesia sudah terlalu sering dihantam krisis, dan hampir selalu rakyat kecil yang paling dulu merasakan pahitnya. Artikel ini lahir dari refleksi atas perbincangan inspiratif dalam podcast dr. Richard Lee bersama Andry Hakim. Dari sana kita belajar, bahwa solusi tidak bisa hanya mengandalkan investor asing atau kebijakan elitis. Akar masalah dan sekaligus jawabannya ada pada rakyat—mereka yang berani berdiri di atas kakinya sendiri, meski dengan langkah kecil.


Krisis yang Tak Pernah Benar-Benar Pergi

Sejarah mencatat: krisis moneter 1998, krisis global 2008, hingga guncangan pandemi COVID-19. Polanya berulang: ekonomi rapuh, daya beli menurun, dan rakyat kecil jadi tameng pertama. Pertanyaan sederhana pun muncul—mengapa bangsa sebesar Indonesia masih begitu rentan terhadap badai global?

Andry Hakim dalam perbincangan bersama dr. Richard Lee menegaskan: persoalannya ada pada mental ketergantungan. Terlalu lama kita nyaman pada investasi asing, impor besar-besaran, dan utang negara. Padahal, ketika badai datang, mereka yang paling dulu menarik diri adalah pihak luar. Yang tersisa hanyalah rakyat kita sendiri.


Mental Kemandirian yang Hilang

Salah satu kritik tajam yang muncul adalah soal mentalitas. Banyak pengusaha hanya mau bergerak kalau ada jaminan pemerintah atau modal besar. Padahal, bangsa ini tidak kekurangan orang kreatif. Yang hilang justru keberanian untuk memulai dari kecil, mencoba, gagal, lalu bangkit lagi.

Seperti kata Andry Hakim:

“Kalau terus menunggu modal besar, kita tidak akan pernah mulai. Yang kita butuhkan bukan uang dulu, tapi mental berani melangkah.”


UMKM: Pondasi yang Sering Dilupakan

UMKM terbukti menjadi penyelamat ekonomi setiap kali krisis datang. Saat perusahaan besar runtuh, UMKM tetap bertahan. Saat PHK massal terjadi, UMKM membuka ruang baru bagi yang kehilangan pekerjaan. Namun sayangnya, keberpihakan nyata sering tidak hadir.

Perizinan rumit, akses permodalan sulit, hingga birokrasi panjang justru jadi penghambat. Padahal kalau diberi ruang tumbuh, UMKM bukan hanya bertahan, tapi bisa menjadi motor utama kemandirian bangsa.


Teknologi: Peluang Sekaligus Ujian

Era digital membuka peluang besar. Marketplace, media sosial, hingga sistem pembayaran online memudahkan siapa pun memulai usaha. Namun, ini juga ujian. Jangan sampai kita hanya jadi konsumen setia platform asing tanpa pernah berani menjadi kreator atau produsen.

Kemandirian berarti berani masuk ke arena digital dengan produk lokal yang kuat. Bukan sekadar jualan murah, tapi membangun nilai tambah, membangun merek, membangun keberanian untuk bersaing.


Jalan Solusi: Dari Bawah ke Atas

Apa yang bisa dilakukan?

  1. Ubah mentalitas: berhenti menunggu “bantuan” dan mulai dari yang ada.

  2. Perkuat ekosistem lokal: dukung produk tetangga, beli hasil karya komunitas, kembangkan pasar sendiri.

  3. Gunakan teknologi sebagai senjata: bukan hanya untuk konsumsi, tapi juga untuk produksi dan distribusi.

  4. Dorong kolaborasi, bukan hanya kompetisi: usaha kecil bisa besar kalau bersatu.


Hikmah untuk Anak Bangsa

Kisah ini mengingatkan kita: kemandirian bukan teori rumit di seminar, melainkan keberanian rakyat kecil untuk bergerak. Dari tukang bakso yang beralih jualan online, dari ibu rumah tangga yang menjahit masker saat pandemi, hingga komunitas muda yang membangun usaha rintisan tanpa menunggu modal raksasa.

Mereka adalah bukti bahwa kemandirian sejati lahir dari bawah, dari langkah sederhana yang konsisten, dari keberanian mencoba meski tak ada jaminan pasti.


📌 Sumber Bacaan & Inspirasi:

  • Podcast dr. Richard Lee bersama Andry Hakim (2025)

  • Data Kementerian Koperasi & UMKM (2024) – “UMKM sebagai Penopang Ekonomi Nasional”

  • Katadata.co.id – “Digitalisasi UMKM: Tantangan dan Peluang”

http://gerakanmandiri.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*