gerakanmandiri.com

Pendidikan Gagal Bangun Karakter, Korupsi Jadi Budaya

Selama pendidikan sibuk mengejar angka dan lupa membentuk akhlak, kita akan terus punya pemimpin pintar tapi tak bisa dipercaya. Reformasi sejati dimulai dari ruang kelas
Yandra Doni
Pendiri GerakanMandiri.com

Oleh: Dr. Yandra Doni – Ketua Bidang Politik Partai Gema Bangsa

Mari kita jujur. Pendidikan di Indonesia masih sibuk mengejar angka, tapi lupa membentuk manusia. Kita terlalu fokus pada hafalan, ranking, nilai ujian—tapi minim dalam menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan akhlak.

Akhirnya, kita punya banyak orang pintar, tapi minim integritas. Punya gelar panjang, tapi tidak bisa dipercaya. Dan dari situlah kita lihat, kenapa korupsi di negeri ini seperti tidak pernah habis-habis.


Korupsi Itu Bukan Soal Hukum Saja

Selama ini kita pikir korupsi hanya bisa diberantas dengan hukum yang tegas. Ya, benar. Tapi hukum hanya bekerja saat kejahatan sudah terjadi. Sementara pencegahannya? Itu soal pendidikan.

Orang korupsi karena mentalnya lemah. Karena sejak kecil tidak pernah dibiasakan malu mengambil yang bukan haknya. Karena sejak sekolah, nilai bisa dibeli, ranking bisa diatur, dan kejujuran tidak dihargai.

Dan inilah kegagalan kita: pendidikan yang tidak membentuk karakter akan melahirkan pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri.


Negara Ini Butuh Pendidikan yang Membangun Akal dan Hati

Pendidikan harus lebih dari sekadar transfer ilmu. Ia harus jadi tempat membangun kesadaran moral. Sayangnya, sistem kita saat ini masih terkotak-kotak. Pendidikan umum jalan sendiri, pendidikan agama jalan sendiri. Padahal keduanya harusnya menyatu.

Negara ini tidak butuh orang yang hanya bisa hitung cepat, tapi buta nilai. Kita butuh generasi yang bisa berpikir tajam, tapi tetap punya empati dan takut menyakiti orang lain. Kecerdasan tanpa akhlak adalah bahaya.


Gema Bangsa Mendorong Reformasi Pendidikan yang Menyatu

Kami di Gema Bangsa melihat bahwa akar masalah bangsa ini banyak bermuara di ruang kelas. Karena itu, kami mendorong reformasi sistem pendidikan nasional yang menyatukan kurikulum umum dan agama dalam satu sistem nilai yang utuh.

Kami juga percaya pentingnya mengembalikan peran guru sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Guru harus punya ruang membimbing karakter, bukan hanya mengejar target administrasi.


Pendidikan Tidak Boleh Jauh dari Kehidupan Nyata

Salah satu kelemahan sistem pendidikan kita saat ini adalah tidak relevan dengan dunia nyata. Anak-anak belajar banyak hal yang tidak aplikatif, lalu kebingungan saat lulus. Tidak siap kerja, tidak siap hidup.

Di sisi lain, kita juga kurang mendidik soal tanggung jawab sosial. Pendidikan tidak boleh netral terhadap ketidakadilan. Ia harus mengajarkan keberanian bersikap dan membela yang benar. Bukan hanya ikut arus.


Kalau Mau Ubah Bangsa, Mulai dari Ruang Kelas

Kita bisa bangun gedung tinggi, jalan tol panjang, dan teknologi canggih. Tapi kalau pendidikannya masih gagal membentuk karakter, kita hanya melahirkan generasi yang pintar menghitung, tapi tidak tahu malu saat mencuri.

Dan itu yang membuat korupsi jadi budaya.

Gema Bangsa berdiri untuk melawan itu. Kami percaya, membangun pendidikan yang kuat dan bermoral adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

Karena bangsa yang besar bukan cuma yang punya orang cerdas, tapi yang punya orang jujur.

 

http://gerakanmandiri.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*