gerakanmandiri.com

Gema Bangsa dan Misi Melawan Budaya Politik Feodal

Oleh: Dr. Yandra Doni – Ketua Bidang Politik Partai Gema Bangsa

Kalau kita mau jujur, politik Indonesia hari ini masih terlalu terjebak dalam budaya lama—budaya feodal. Di mana elite itu seperti raja, dan kader di bawah cuma rakyat yang disuruh setia. Semua keputusan partai dibuat oleh segelintir orang di pusat, lalu diturunkan ke daerah seperti titah. Tidak ada ruang tanya, apalagi ruang beda pendapat.

Padahal, kita ini katanya negara demokrasi. Lalu kenapa partai politik masih dijalankan dengan gaya kerajaan?

Elite Mendominasi, Rakyat Jadi Formalitas

Kita bisa lihat sendiri: siapa yang nyaleg, siapa yang jadi kepala daerah, siapa yang ditugaskan ke mana—semua ditentukan DPP. Sementara DPD, DPW, DPC hanya mengangguk. Kalau pun tidak setuju, suaranya tidak didengar. Di sinilah saya merasa, ada sesuatu yang sangat salah dari sistem yang kita warisi terlalu lama ini.

Kita tidak bisa bicara soal pembaruan politik kalau cara kelolanya masih seperti zaman kolonial—yang berkuasa itu segelintir orang, yang menjalankan itu ribuan orang, tapi tidak punya kuasa bicara.

Gema Bangsa: Datang Bukan untuk Ikut-ikutan

Waktu kami memutuskan untuk mendirikan Partai Gema Bangsa, kami tahu tantangannya besar. Kami bukan partai besar. Kami belum punya kursi di DPR. Tapi justru karena itulah kami bisa bicara jujur dan memulai dengan cara baru. Kami tidak punya beban sejarah. Dan kami juga tidak punya “tuan” yang harus dilayani.

Gema Bangsa lahir bukan untuk ikut dalam barisan elite. Kami hadir untuk membuka jalur baru: partai yang tumbuh dari bawah, yang mendengar suara rakyat, dan yang menghargai proses, bukan hanya hasil.

Lawan Budaya Titah, Bangun Budaya Musyawarah

Feodalisme politik itu membunuh semangat gotong royong. Orang jadi takut berbeda pendapat. Takut kalau tidak sejalan dengan pimpinan pusat, lalu tidak masuk daftar caleg. Takut kalau tak setuju dengan strategi, lalu dibekukan. Ini bukan politik sehat.

Kami ingin membalik itu semua. Di Gema Bangsa, yang menang dalam kontestasi tidak lebih tinggi dari yang kalah. Yang duduk di parlemen harus tetap menghormati yang kerja di lapangan. Karena kami percaya, kemenangan politik itu kerja kolektif, bukan kerja satu orang.

Kader Harus Dicetak, Bukan Ditunjuk

Saya sering bilang, Gema Bangsa ini bukan partai yang suka instan. Kami tidak cari orang yang populer, tapi yang punya karakter. Kami tidak pilih calon karena dekat dengan ketua, tapi karena punya rekam jejak, integritas, dan pengalaman di masyarakat. Dan ini semua butuh waktu.

Kami sedang membangun sekolah politik internal yang benar. Supaya setiap orang yang mewakili Gema Bangsa di publik adalah orang yang paham arah perjuangan, dan benar-benar mengabdi untuk rakyat.

Bangsa Ini Butuh Politik yang Merdeka

Kalau kita ingin bangsa ini maju, kita harus mulai dari sistem politiknya. Dan politik tidak akan sehat kalau partainya masih dikuasai oleh budaya feodal. Gema Bangsa berdiri untuk melawan itu. Kami ingin mengembalikan politik sebagai ruang perjuangan rakyat—bukan panggung elite yang hanya sibuk bagi-bagi jabatan.

Jadi kalau Anda merasa muak dengan sistem yang sekarang, Anda tidak sendiri. Gema Bangsa ada untuk membuka jalan baru.

Karena politik seharusnya bukan soal siapa yang paling berkuasa, tapi siapa yang paling mendengarkan.

http://gerakanmandiri.com

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*